Jakarta,
Masyarakat modern yang saat ini dimanjakan oleh berbagai teknologi mendorong
gaya hidup pasif, jarang bergerak, dan berolahraga. Hal ini, dikatakan oleh
ahli, dipadukan dengan asupan kalsium yang kurang akan sangat berisiko memicu
osteoporosis atau pengeroposan tulang.
Ketua Perhimpunan Osteoporosis
Indonesia (Perosi), dr Nicolaas Budhiparma, SpOT(K), mengatakan saat ini
edukasi dan tindakan pencegahan adalah hal yang diperlukan untuk mengurangi
angka pengidap osteoporosis Indonesia. Ia mengaku memang angka jumlah pengidap
osteoporosis terbaru yang akurat belum ada, namun tren saat ini pengidap
osteoporosis semakin muda.
"Jadi lifestyle-nya (gaya hidup
-red) memang sudah berubah ya saya lihat. Sekarang sudah mulai malas bergerak,
ibu-ibu seringnya main I-pad duduk diam di rumah. Itu masih usia 35 waktu kita
periksa betul kena keropos tulangnya jadi lifestyle sangat berpengaruh,"
ujar dr Nicholaas saat ditemui pada perayaan Hari Osteoporosis Nasional di
Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (7/12/2014).
dr Nicholaas mengatakan saat ini
Perosi bersama pihak lain seperti komunitas, perusahaan, dan pemerintah
berusaha untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap osteoporosis.
Osteoporosis dikatakan dr Nicholaas adalah salah satu jenis penyakit silent
killer yang sulit dideteksi karena tidak ada gejala, oleh karena itu penting
bagi masyarakat untuk mencegah sebelum memasuki usia di mana kepadatan tulang
akan mulai berkurang.
"Kepadatan tulang itu akan terus
bertambah dari usia 5 tahun sampai 35 tahun. Di atas usia itu akan menurun
terus kepadatannya, nah jika kita tingkatkan kesehatan tulang sebelum memasuki
35 tahun ke atas itu tentu risiko osteoporosisnya dapat berkurang," tambah
dr Nicholaas.
Tindakan kecil seperti berjalan,
olahraga singkat, dan mengonsumsi makanan tinggi kalsium sudah cukup untuk
mengurangi risiko osteoporosis.
"Yang penting badan bergerak
jangan diam. Wanita di atas 55 tahun juga saya anjurkan memeriksa kesehatan
tulangnya," tutup dr Nicholaas.
No comments:
Post a Comment