Sichuan,
Tiongkok, Nasib seorang anak laki-laki positif HIV (human immunodeficiency
virus) di Tiongkok yang dipaksa meninggalkan rumah oleh warga desanya telah
memicu perdebatan intens di dunia online. Kasus ini menggarisbawahi stigma
masih menempel pada pengidap HIV di Tiongkok dan masih banyak yang menghadapi
diskriminasi.
Sebanyak 200 orang di Desa Shufangya,
Provinsi Sichuan, menandatangani petisi untuk mengusir bocah yang disebut media
dengan nama samaran Kunkun tersebut. Wali dari Kunkun yang merupakan kakeknya
sendiri bahkan ikut menandatangani petisi dengan alasan untuk melindungi
kesehatan warga desa.
"Warga simpati padanya, dia tak
bersalah, dan masih anak-anak. Tapi HIV dan AIDS yang ia bawa terlalu
menakutkan untuk kami," ujar Kepala Desa Wang Yishu kepada media People's Daily
dan dikutip dari ABC Australia pada Kamis (18/12/2014).
Para warga menganggap Kunkun seperti
bom waktu. Ia ditolak masuk ke sekolah setempat dan warga desa tidak ada yang
berani mendekatinya. Menurut laporan dari media Global Times Kunkun diduga mengidap
HIV dari ibunya. Sang ibu meninggalkan keluarga pada tahun 2006 dan sang ayah
'hilang kontak' pada tahun 2011 saat Kunkun terdiagnosis dengan HIV.
"Tidak ada yang mau main (dengan
saya -red), Saya main sendiri," ujar Kunkun.
Kasus ini kemudian menimbulkan
perbincangan hebat di sosial media populer Tiongkok, Sina Weibo. Banyak orang
bertanya mengapa warga bisa begitu dingin terhadap Kunkun yang masih anak-anak.
"Ini karena populasi penduduk
Tiongkok tidak mendapatkan pendidikan yang cukup sehingga menimbulkan kebodohan
dan panik," tulis salah satu pengguna Weibo.
Komisi Kesehatan Nasional dan Keluarga
Berencana Tiongkok mengatakan sampai akhir Oktober 2014 sudah ada sekitar 497
ribu orang yang terinfeksi HIV dihitung sejak tahun 1985.
Diskriminasi terhadap pengidap
HIV/AIDS diakui masih menjadi isu di rumah sakit, tempat kerja, dan
tempat-tempat lainnya di seluruh negeri. Hal ini dikatakan ahli menghambat
usaha untuk mendiagnosa dan mengatasi virus.
No comments:
Post a Comment